Sabtu, 09 November 2019

Review Jurnal Model Referensi dan Proses Layanan Informasi, Perspektif Seorang Pendidik

Artikel ini menjelaskan studi yang membahas dua pertanyaan penelitian terkait dengan perubahan referensi dan lingkungan layanan informasi: (1.) Apa tren saat ini dalam penyediaan layanan referensi dan informasi dalam hal perilaku pengguna, perilaku pustakawan, dan sumber informasi yang digunakan? (2.) Apa model dasar dari proses referensi saat ini?. Hasil studi menunjukkan pergeseran menuju model referensi kolaboratif yang semakin interaktif, di mana pustakawan referensi dan pengguna referensi memainkan peran pencari informasi, penerima informasi, dan pembuat informasi. semakin banyak perpustakaan yang menawarkan layanan referensi dan informasi (RIS) melalui berbagai teknologi virtual, dan telah terjadi perubahan yang semakin meningkat dari interaksi referensi wajah-wajah yang mengandalkan sumber daya informasi berbasis kertas menjadi interaksi virtual. Ada kemungkinan bahwa perkembangan ini telah mengubah cara orang menggunakan RIS dan bahkan mungkin cara penyedia referensi memberikan layanan referensi kepada pengguna mereka .
Sejumlah peneliti telah mengajukan model proses referensi. Model layanan referensi tatap muka tradisional jangkar interaksi antara pengguna dan pustakawan di beberapa titik layanan, biasanya meja referensi. Dalam lingkungan ini, pengguna perpustakaan dapat mendekati pustakawan referensi dengan jenis atau kompleksitas apa pun. Sementara model ini melambangkan nilai-nilai termasuk "kemudahan akses, kesetaraan, dan layanan berkualitas tinggi," kerugiannya termasuk tidak fleksibel dalam penggunaan staf perpustakaan, duplikasi usaha, kurangnya akuntabilitas, biaya tinggi, dan penguatan citra pustakawan sebagai juru tulis. Dengan meningkatnya ketersediaan teknologi dan dorongan untuk meningkatkan efisiensi staf perpustakaan dan mengurangi biaya per transaksi referensi, beberapa perpustakaan telah mengadopsi model Call Center.18 Dalam model ini staf perpustakaan beroperasi sebagai “agen. . . menerima panggilan di stasiun kerja komputer tempat mereka. . . memiliki akses siap ke database, daftar pertanyaan dan jawaban yang sering ditanyakan, skrip yang sudah ditulis sebelumnya untuk situasi tertentu, dan alat lain yang diperlukan untuk menyampaikan. . . informasi."
Saat ini terdapat enam tema atau enam focus dalam referensi virtual, yaitu konvergensi beberapa model referensi, rangkaian sumber daya informasi yang sedang berkembang, referensi sebagai proses kolaboratif, referensi dalam mode perpustakaan 2.0, pergeseran dari pustakawan sebagai penelusur ke pustakawan sebagai penilai, dan kemungkinan terjadinya referensi siap . Pertama, konvergensi beberapa mode referensi merupakan penggabungan beberapa media dalam melakukan pelayanan referensi. Pemustaka saat ini tidak harus mengunjungi perpustakaan untuk bertanya terkait informasi yang dibutuhkan, pemustaka dapat melakukan penelusuran informasinya melalui email untuk bertanya kepada pustakawan. Jadi pustakawan harus mampu memiliki kemampuan dalam menjawab setiap pertanyaan dari pemustaka. Kedua, rangkaian sumber daya informasi yang sedang berkembang merupakan peralihan sumber informasi dari yang tercetak menjadi elektronik. Berdasarkan survey Tenopir dan Ennis pada tahun 1999 sampai 2001, koleksi referensi perpustakaan mereka bergeser dari tercetak ke format elektronik. Pada tahun 2001 hampir 90% menawarkan beberapa layanan online kepada pengguna, termasuk sumber daya bibliografi dan akses teks lengkap ke majalah. Ketiga, referensi sebagai proses kolaboratif, pelayanan referensi dapat dikatakan sebagai suatu proses kolaboratif antara pemustaka dan pustakawan. Pustakawan menganalisis pertanyaan yang sekiranya diajukan oleh pustakawan, itu kemudian yang disebut sebagai kolaboratif dalam pelayanan referensi. Keempat, referensi dalam mode perpustakaan 2.0. Maksudnya adalah dalam perpustakaan 2.0 pengguna selain sebagai pencari informasi,  tetapi berperan juga sebagai penyedia informasi seperti membuat blog pribadi, menambah konten blog perpustakaan. Kelima, pergeseran dari pustakawan sebagai penelusur ke pustakawan sebagai penilai. Maksudnya adalah peran pustakawan semakin luas, seperti memberikan evaluasi kepada pemustaka tentang  informasi yang valid, sumbernya valid, dan bagaimana kaitannya dengan pertanyaan yang diajukan pemustaka. Dalam prediksi  Tyckoson tentang masa depan layanan referensi, bahwa permintaan akan pengajaran akan meningkat dan dia menjelaskan bahwa masyarakat membutuhkan pustakawan untuk mengajar bagaimana menumakan dan mengevaluasi sumber informasi. Keenam, kemungkinan terjadinya referensi siap.  Yang dimaksud dengan referensi siap adalah mampu menjawab pertanyaan spesifik dengan cepat dan faktual.
Berdasarkan model ini, pemustaka berperan sebagai penyedia dan pengguna informsi  sedangkan pustakawan berperan sebagai penerima dan penyedia informasi. Sudah jelas antara pemustaka dan pustakawan adanya kolaboratif dalam pelayanan referensi. Upaya kolaboratif ini memungkinkan untuk meningkatkan peluang untuk mengintruksikan pemustaka dalam mencari, mengevaluasi, dan aspek lain dari proses. Dalam model ini juga terdapat variasi format sumber informasi. Pemustaka dapat membuat sumber informasi seperti blog, wiki, dan platform media social laiinya. Pustakawan juga dapat membuat sumber informasi seperti blog dan klip video. Semakin meledaknya informasi sehingga dapat mengakses informasi melalui situs web. Jadi pustakawan sekarang berperan juga untuk focus pada penyaringan dan evaluasi sumber daya untuk otoritas, akurasi, mata uang, dan indikator lain yang dapat dipercaya dalam memberikan jawaban atas pertanyaan pemustaka. Berdasarkan sebuah symposium satu setengah decade lalu tentang masa depan referensi mengarah pada kesimpulan bahwa layanan referensi bergerak ke arah peningkatan penekanan pada pendidikan pemustaka dan tentang peran pustakawan sebagai pembangun alat untuk teknologi referensi.



Sumber :
Agosto, Denise E, dkk. 2010. A Model of the Reference and Information Service Proses An Educators’ Perspective. Drexel : Collage of Information Scienceand Technology, Drexel University.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar